A.
Pembahasan
Indonesia memutuskan untuk melaksanakan konvergensi terhadap
IAS/ IFRS pada tahun 1994. Pada tahun 1999, Asean Development Bankmenyatakan
bahwa dalam hal substansinya, 90% pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK)
sama dengan IAS (Media Akuntansi, 2006 dalam Sunardi dan Sunyoto, 2011).
Jadi, sampai saat ini PSAK telah banyak berkiblat pada IAS.
Indonesia perlu mengadopsi IAS/IFRS agar standar pelaporan
keuangan Indonesia mendapat pengakuan yang tinggi. Konvergensi IFRS ke dalam
PSAK akan berdampak besar bagi dunia usaha, terutama dari sisi pengambilan
kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi. Suatu
perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS
dalam laporan keuangannya. Selain itu, dengan mengimplementasikan IFRS,
perusahaan akan menikmati biaya modal yang lebih rendah. Juga konsolidasi yang
lebih mudah & sistem teknologi informasi yang terpadu.
Tujuan di adopsinya IFRS :
Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Dudi M Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan
tujuh manfaat sekaligus.
a.
Meningkatkan kualitas standar
akuntansi keuangan (SAK).
b.
Mengurangi biaya SAK.
c.
Meningkatkan kredibilitas dan
kegunaan laporan keuangan.
d.
Meningkatkan komparabilitas
pelaporan keuangan.
e.
Meningkatkan transparansi keuangan.
f.
Menurunkan biaya modal dengan
membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
g.
Meningkatkan efisiensi penyusunan
laporan keuangan.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam
proses konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB (International Accounting Standards
Board. Oleh karena itu, arah penyusunan dan pengembangan standar akuntansi
keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar akuntansi internasional
(IFRS) tersebut.
Untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi
internasional, DSAK akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk
memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan
untuk transaksi syariah, dengan semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di
tanah air. Landasan konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun
oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip
akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan
prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan konseptual.
Kerangka
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasar IFRS
Elemen
Laporan Keuangan
1. Neraca
2. Laporan
Laba Komperhensif
3. Laporan
Perubahan Ekuitas
4. Laporan
Arus Kas
5. Catatan
Atas Laporan Keuangan
6. Laporan
Posisi Keuangan pada Perioda Komparatif
Basis
Pengukuran
1. Biaya
Perolehan
2. Biaya
Kini
3. Nilai
Realisasi dan Penyelesaian
4. Nilai
Sekarang.
B.
Ruang
Lingkup
Sebagai
salah satu bentuk peningkatan sistem di bidang Keuangan dan Akuntansi, Jasa
Marga mengimplementasikan Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan
berbasis pada International Finance Reporting Standard (IFRS) untuk penyusunan
Laporan Keuangan.
Sejak
tahun 2009 dan 2010, Jasa Marga telah menerapkan beberapa PSAK-PSAK tertentu
yang mengacu kepada IFRS, yakni PSAK nomor 54 dan 55 mengenai instrument
keuangan. Format Laporan Keuangan Jasa Marga ini terdiri dari Neraca, Laporan
L/R, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Menurut Reynaldi, dengan
penyusunan Laporan Keuangan dengan standard IFRS, maka penyusunan Laporan
Keuangan Jasa Marga sudah berstandard internasional, sama seperti
perusahaan-perusahaan lain di dunia. Sehingga, Laporan Keuangan Jasa Marga
dapat dengan mudah dipahami oleh para pengguna laporan keuangan, bahkan dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan dari negara lain yang sudah menerapkan
IFRS. Menurut Kepala Biro Keuangan dan Akuntansi Rony Haryanto, proses
persiapan penerapan IFRS ini sudah dilakukan Jasa Marga sejak tahun 2009.
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
§ Nama menjadi Laporan Posisi Keuangan (Neraca), tambahan
neraca untuk sinkronisasi dengan regulasi di Indonesia
§ Perubahan definisi-definisi seperti Kewajiban menjadi
Liabilitas dan hak minoritas menjadi kepentingan nonpengendali (non-controlling
interest)
§ Penyajan kepentingan non pengendali sebagai bagian ekuitas
dan bagian laba bukan sebagai pengurang laba > LK konsolidasian
§ Laporan keuangan awal periode (dr periode sajian) untuk
penyajian retroaktif
§ Minimum line item Penyajian Neraca
§ Properti Investasi
§ Provisi
§ Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
§ Aset yang dimiliki untuk dijual
§ Dll
Urutan penyajian laporan keuangan
dalam ilustrasi menurut PSAK 1 berbeda dengan IAS 1 (Aset tidak lancar di atas)
Laporan Posisi Keuangan
§ Informasi minimal yang disajikan dalam laporan keuangan
dapat ditambahkan jika penambahan tersebut relevan
§ Pembedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas
jangka pendek dan jangka panjang
§ Pajak tangguhan tidak boleh diklasifikasikan sebagai jangka
Pendek
Laporan laba komprehensif
§ Laba komprehensif: Perubahan aset atau laibilitas yang tidak
mempengaruhi laba pada periode rugi
o
Selisih revaluasi aset tetap
o
Perubahan nilai investasi available
for sales
o
Dampak translasi laporan keuangan
§ Dalam dua laporan :
o
Laba sebelum laba komprehensif
o
Laporan laba komprehensif dimulai
dari laba/rugi bersih
Catatan atas Laporan Keuangan
§ Catatan atas laporan keuangan
§ Menyajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi > dasar pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam
estimasi;
§ Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAL yang tidak
disajikan dibagian mana pun dalam laporan keuangan;
§ Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun
dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami
laporan keuangan > (pengelolaan modal)
§ Sepanjang praktis, penyajian catatan atas laporan keuangan
dilakukan secara sistematis
§ Membuat referensi silang atas setiap pos untuk informasi yag
berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan
C.
Kesimpulan
Indonesia perlu
mengadopsi IFRS agar standar pelaporan keuangan Indonesia mendapat pengakuan
yang tinggi. Dan Jasa Marga merupakan salah satu perusahaan yang telah
mengadopsi IFRS. Sejak tahun 2009 dan 2010, Jasa Marga telah menerapkan
beberapa PSAK-PSAK tertentu yang mengacu kepada IFRS, yakni PSAK nomor 54 dan
55 mengenai instrument keuangan. Format Laporan Keuangan Jasa Marga ini terdiri
dari Neraca, Laporan L/R, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas.
Daftar Pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar